JAKARTA – Kementerian Koordinator Perekonomian buka suara mengenai riset lembaga think tank global Lowy Institute terkait kinerja pengendalian pandemi Covid-19 di berbagai negara. Dalam laporan tersebut Lowy Institute menetapkan Indonesia berada di ranking 85 dari 98 negara.
Jubir Kemenko Perekonomian Alia Karenina mengatakan pemerintah mengapresiasi riset yang dikeluarkan oleh lembaga think tank Lowy Institute mengenai kinerja pengendalian pandemi Covid-19 di beberapa negara termasuk Indonesia. Hasil riset menunjukkan ranking Indonesia yang relatif rendah dalam penanganan Covid-19.
"Namun riset tersebut, tidak memasukkan indikator jumlah penduduk yang besar. Apalagi 78,2% dari masyarakat Indonesia merupakan aspiring middle class yang tidak memiliki keleluasaan untuk tidak bekerja di luar rumah, ujar Alia dalam pernyataannya, Jumat (29/1/2021).
Selain itu, tutur Alia, tingkat densitas penduduk yang tinggi berpengaruh pada tingginya kemungkinan penyebaran atau terpapar, karena social distancing tidak bisa optimal diterapkan. "Tanpa mengecilkan hasil riset dari Lowy Institute, namun perbandingan yang dilakukan oleh lembaga ini tidak menggunakan indikator yang lebih terukur dan komprehensif," ujar Alia.
Dia menegaskan bahwa pemerintah tidak bisa sendirian dalam penanganan Covid-19, dan memerlukan dukungan semua pihak agar kerja-kerja kemanusiaan ini bisa berjalan optimal. Termasuk menekankan kembali pentingnya upaya pengendalian tingkat mikro, di level RT/RW.
Lowy Institute belum lama ini mempublikasikan risetnya terkait kinerja pengendalian pandemi Covid-19 di berbagai negara. Dalam menentukan ranking, setidaknya ada beberapa indikator yang dianalisis, mulai dari kasus terkonfirmasi, jumlah kematian, hingga jumlah tes Covid-19 yang dilakukan di setiap negara. Skor mendekati nol artinya kinerja penanganan yang buruk sementara skor mendekati 100 menunjukkan kesuksesan dalam pengendalian wabah.
Indonesia mendapatkan skor 24,7. Skor Indonesia juga berada di bawah negara-negara Asia Tenggara lainnya. Nilai Indonesia bahkan berada di bawah median dari 98 negara yang disurvei.
Vietnam dan Thailand menjadi negara yang termasuk ke dalam peringkat atas jajaran global. Vietnam berada di peringkat kedua setelah Selandia Baru, sementara Thailand terpaut dua peringkat di bawahnya. Kemudian Singapura menyusul di peringkat ke-13. Sementara Malaysia menduduki peringkat 16. Bahkan peringkat Indonesia delapan setrip di bawah Filipina.
Dalam studi tersebut Lowy Institute menyimpulkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu negara dalam mengendalikan pandemi Covid-19. Pertama adalah jumlah populasi. Semakin sedikit jumlah penduduk, upaya penanganan pandemi bakal lebih efektif.
Selain ukuran populasi, sistem politik serta kondisi ekonomi suatu negara juga turut berpengaruh. Menariknya, negara-negara yang menganut sistem demokrasi lebih unggul dalam skor di awal. Namun seiring dengan perkembangan pandemi yang semakin tak merebak, sistem politik otoritarian lebih unggul.
Dilihat dari sisi kondisi ekonominya, negara-negara maju dengan pendapatan per kapita yang tinggi memang lebih diunggulkan. Namun seiring dengan berjalannya waktu skor antara negara maju dan berkembang menjadi tidak jauh berbeda.
Secara umum, negara-negara di kawasan Asia Pasifik lebih berhasil dalam mengangai pandemi Covid-19 dibandingkan dengan negara-negara di kawasan lain. Sementara itu Eropa yang berhasil di awal-awal pandemi justru menjadi yang paling rendah dalam skornya menyusul lonjakan kasus yang signifikan saat gelombang kedua melanda.