JAKARTA – Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Slamet Budiarto, mengungkapkan ada banyak tenaga kesehatan (nakes) penyintas COVID-19 yang kembali terinfeksi atau reinfeksi. Ia berharap pemerintah bisa meninjau kembali program vaksinasi yang saat ini belum memprioritaskan penyintas.
"Tenaga kesehatan penyintas COVID-19 lebih dari tiga bulan banyak yang terinfeksi lagi. Sehingga kebijakan pemerintah harus dikaji ulang untuk kriteria vaksin, khususnya untuk penyintas yang sudah lebih dari tiga bulan," kata Slamet pada detikcom, Jumat (22/1/2021).
Penyintas dijelaskan Kementerian Kesehatan tidak jadi kelompok prioritas karena dianggap sudah memiliki kekebalan.
Pakar biologi molekuler, Ahmad Rusdan Utomo, menjelaskan tingkat kekebalan yang dimiliki tubuh setelah terinfeksi COVID-19 sebetulnya bisa berbeda-beda. Ini dipengaruhi faktor seberapa kuat respons antibodi yang muncul dari infeksi pertama.
Ada kecenderungan orang-orang yang bergejala ringan atau malah tanpa gejala memiliki respons antibodi lebih lemah daripada pasien dengan gejala berat.
"Orang-orang yang sakitnya berat, sakitnya parah berminggu-minggu, biasanya antibodinya tinggi titernya. Kalau dia tinggi itu cenderung lebih lama turunnya, ilangnya lebih lama, sehingga proteksinya lebih tinggi," kata Ahmad saat dihubungi terpisah.
Ahmad memberi contoh perbandingan COVID-19 dengan penyakit Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Kedua penyakit ini sama-sama disebabkan oleh infeksi virus Corona, namun pada pasien penyintas SARS antibodinya diketahui bisa bertahan sampai dua tahun.
"Kenapa kok awet? Ya itu tadi penjelasannya kalau SARS kan nggak ada OTG (orang tanpa gejala -red). SARS itu semua yang terinfeksi bergejala dan gejalanya berat, biasanya tubuh itu kan melihat respons tergantung dari seberapa parah perlawanan virus," pungkasnya.