Rubrik

Seputar Informasi, Opini & Tips

Menjadi Mahasiswa Produktif di Era Digital: Antara Kuliah dan Konten

Ilu1

Bagi generasi mahasiswa masa kini, ruang kuliah bukan lagi satu-satunya tempat belajar dan berkreasi. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan media sosial, banyak mahasiswa kini tak hanya fokus mengejar nilai akademik, tapi juga menjadi kreator digital, menghasilkan karya, membangun personal branding, hingga memperoleh penghasilan dari konten yang mereka buat.

Fenomena ini menggambarkan pergeseran cara generasi Z menyalurkan potensi dan kreativitasnya di dunia digital. Namun, di balik peluang besar tersebut, muncul pula tantangan baru, bagaimana menyeimbangkan antara kuliah dan konten.

Era Baru: Mahasiswa Sekaligus Kreator

Menurut data We Are Social dan Meltwater (2024), lebih dari 78% pengguna internet Indonesia berusia 18–25 tahun aktif di media sosial setiap hari. Dari jumlah itu, sekitar 22% mengaku pernah membuat konten digital secara rutin di platform seperti YouTube, TikTok, atau Instagram.

Banyak dari mereka adalah mahasiswa yang memanfaatkan kreativitasnya untuk membangun karier sejak dini. Beberapa bahkan berhasil menjadikan konten sebagai sumber penghasilan utama.

“Saya mulai membuat konten edukasi saat pandemi, awalnya hanya untuk berbagi tips kuliah online. Sekarang saya punya 300 ribu pengikut dan bisa mandiri secara finansial,” ujar Nadia Pramesti, mahasiswi Universitas Negeri Jakarta yang dikenal sebagai edukreator di TikTok, dikutip dari Kompas.com.

Fenomena seperti Nadia tidak lagi langka. Dari konten edukasi, komedi, hingga review produk, mahasiswa kini memainkan peran ganda yaitu mahasiswa dan kreator digital.

Antara Produktif dan Burnout

Menjadi mahasiswa sekaligus kreator tentu bukan perkara mudah. Jadwal kuliah yang padat, tugas yang menumpuk, dan tekanan algoritma media sosial sering membuat para kreator muda ini kewalahan.

Menurut survei Katadata Insight Center (2024), sebanyak 41% mahasiswa kreator mengaku mengalami stres atau kelelahan akibat sulit membagi waktu antara tanggung jawab akademik dan aktivitas digital.

“Kadang merasa bersalah kalau tidak posting, tapi kalau terus-terusan bikin konten, tugas kuliah jadi terbengkalai,” kata Rifqi Alamsyah, mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB), kepada Detik.com.

Fenomena burnout ini menunjukkan pentingnya manajemen waktu dan kesadaran diri. Menjadi produktif bukan berarti terus aktif tanpa jeda, melainkan tahu kapan harus beristirahat.

Peluang Karier di Dunia Digital

Meski penuh tantangan, dunia digital juga membuka peluang besar bagi mahasiswa untuk berkarier lebih awal. Banyak perusahaan kini mencari talenta muda yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga melek digital dan kreatif.

Menurut LinkedIn 2024 Career Report, kemampuan seperti content creation, digital marketing, dan personal branding kini termasuk dalam 10 keterampilan paling dicari di Asia Tenggara.

Hal ini membuktikan bahwa menjadi kreator bukan sekadar hobi, tetapi juga investasi karier. Mahasiswa yang mampu mengelola citra digital dengan baik bisa memiliki nilai lebih saat memasuki dunia kerja.

Menjaga Keseimbangan: Kuliah Tetap Prioritas

Walau dunia digital menawarkan peluang besar, mahasiswa perlu tetap mengingat prioritas utama mereka: pendidikan.

Menurut Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) kini menjadi Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek), keseimbangan antara dunia akademik dan digital sangat penting agar mahasiswa tidak kehilangan arah.

“Jangan sampai demi mengejar viral, mahasiswa kehilangan fokus utama sebagai pembelajar,” ujar Nadiem Makarim, mantan Menteri Pendidikan, dikutip dari Kompas.id (2024).

Kuncinya adalah manajemen waktu, disiplin, dan niat yang jelas. Konten yang baik seharusnya lahir dari pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah, bukan sebaliknya.

Produktif dengan Arti Sesungguhnya

Era digital memberi mahasiswa ruang tak terbatas untuk berekspresi dan berpenghasilan. Namun, produktivitas sejati bukan diukur dari seberapa sering mengunggah konten, melainkan dari seberapa besar dampak positif yang dihasilkan, baik untuk diri sendiri, kampus, maupun masyarakat.

Generasi Z kini punya kesempatan luar biasa untuk belajar, berkarya, dan berkontribusi. Tantangannya tinggal satu: bagaimana tetap waras, bijak, dan seimbang di tengah derasnya arus digitalisasi.

Sumber: Berbagai Sumber

Share Media :