“Setiap amalan bergantung pada niat dan setiap orang (akan mendapatkan) apa yang dia niatkan.” Ini adalah dalil tentang keharusan berniat dalam berbagai amalan. Tampaknya setiap orang harus berniat di setiap harinya.
Bukan berarti orang yang akan berpuasa harus mengatakan, “Aku berniat untuk berpuasa pada hari ini di bulan Ramadhan…..” Yang dimaksud niat di sini adalah maksud atau tujuan, yakni bangunmu untuk melaksanakan sahur sudah dianggap berniat, demikian juga kamu mencegah diri dari makanan dan minuman berarti sudah berniat.
Bagaimana tentang hadits berikut?
من لم يجمع الصيام قبل الفجر فلا صيام له
“Barangsiapa yang tidak bermalam dengan niat shaum maka tidak ada shaum baginya,” Ini adalah hadits mudhtharib (hadits mudhtharib adalah banyak hadits dari berbagai sanad yang mengandung tema yang sama tetapi tetapi teksnya idhthirab—berbeda dan bertentangan— ini merupakan salah satu indikator lemahnya sebuah hadits, red.). Sebagian ulama menghasankannya, tetapi yang benar adalah mudhtharib.
(Bulughul Maram min Fatawash Shiyam As-ilah Ajaba ‘alaiha asy-Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadi’i)