JAKARTA - Juru Bicara Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto tetap mengingatkan potensi penyebaran virus SARS-CoV-2 di ruang publik. Ruang publik yang berpotensi sebagai penyebaran baru yakni ruang kantor, restoran dan moda transportasi massal.
Menurut Yurianto, masyarakat pekerja dan pengelola bangunan kantor perlu mencermati beberapa situasi di lingkungannya. Ia mengatakan bahwa tak hanya protokol kesehatan, seperti jaga jarak, pakai masker dan cuci tangan dilakukan selama bekerja di kantor. Beberapa hal lain perlu mendapatkan perhatian saat kita bekerja di ruangan.
“Yang pertama tentang pengisian ruang dengan jumlah orang, untuk meyakinkan bahwa setiap pekerja di kantor itu bisa menjaga jarak. Setidaknya satu setengah meter satu dengan yang lain,” ujar Achmad Yurianto saat memberikan keterangan pers di Media Center Gugus Tugas Nasional, Jakarta, pada Jumat (26/6).
Ia juga menambahkan bahwa interaksi para pekerja di ruangan yang lama akan berpeluang untuk terjadinya penularan.
“Maka menjaga jarak dan tetap menggunakan masker sepanjang berada di ruang pekerjaan, ini menjadi sesuatu yang mutlak kita lakukan,” kata Yurianto.
Di sisi lain, Yurianto mengatakan bahwa pengaturan ventilasi dan sirkulasi udara penting untuk pencegahan, seperti penggunaan pendingin udara.
Menurutnya, pendingin udara sebisa mungkin tidak sepanjang waktu. Pengaturan pendingin udara dapat dimulai pada jam tertentu dan diupayakan juga setiap hari.
“Udara diganti dengan udara segar yang berasal dari luar,” ujarnya.
Tentunya, desain ruangan pada sebuah bangunan akan mempengaruhi cara kerja ventilasi maupun sirkulasi udara. Ia berkata, “Upayakan itu bisa kita lakukan, termasuk ruangan-ruangan di rumah kita.”
Selanjutnya, Yurianto mengingatkan potensi penyebaran di tempat makan atau restoran. Para pekerja kantor mungkin mengalami saat waktu istirahat pada siang hari. Mereka bertemu di suatu tempat untuk makan siang pada waktu yang relatif bersamaan.
“Ini akan dilakukan oleh semua orang dan banyak orang, dengan kapasitas yang kemudian harus kita batasi, seringkali disiplin ini tidak bisa dipenuhi sehingga jarak satu dengan yang lain tidak bisa dijaga, untuk lebih dari satu setengah meter,” ujarnya.
Ketiga, Yurianto menyampaikan bahwa potensi penyebaran dapat terjadi di transportasi massal, seperti commuter line. Pemerintah sudah mengantisipasi untuk moda transportasi commuter, dengan membagi beban penumpang pada dua waktu yang beda.
“Beberapa saat yang lalu, sesuai Surat Edaran nomor 8, maka kita membagi jam mulai bekerja, di dua gelombang, di jam 7:00 sampai 7.30, dan 10:00 sampai 10.30,” kata Yurianto.
Pengaturan tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa kapasitas commuter dapat terisi oleh para penumpang sesuai dengan syarat aman jaga jarak.
Meskipun di tengah pandemi, sebagian besar masyarakat dihadapkan pada pekerjaan yang menuntut produktivitas. Menyikapi situasi ini, Yurianto mengingatkan untuk aman COVID-19 dengan menjalankan protokol kesehatan dengan baik.
“Ini yang harus kita maknai bersama, bahwa aktivitas di luar rumah semata-mata hanya untuk kepentingan produktivitas kita. Bukan berarti kepentingan-kepentingan yang bisa ditunda, yang tidak perlu dilakukan masih kita paksakan untuk kita lakukan. Oleh karena itu, tetap berada di rumah dan keluar rumah hanya untuk hal yang sifatnya produktif. Menjaga jarak, menggunakan masker dan rajin mencuci tangan adalah jawabannya,” ujar Yurianto.