JAKARTA – Para ilmuwan berulang kali mengingatkan, vaksin COVID-19 yang ada saat ini tidak menjamin seseorang 100 persen kebal infeksi. Dalam uji klinis di Bandung, 25 relawan tetap terinfeksi, 8 di antaranya dari kelompok pemberian vaksin.
Uji klinis yang dilakukan di tempat lain, dengan berbagai jenis dan platform vaksin COVID-19, juga tidak ada yang mencapai efikasi 100 persen. Artinya tetap ada relawan uji yang tetap terinfeksi setelah disuntik vaksin.
Lalu apa manfaatnya divaksin? Menurut para ilmuwan, salah satu fungsi vaksin COVID-19 adalah meminimalkan dampak jika terinfeksi. Jika tanpa vaksin bisa sampai masuk ICU (intensive care unit), dengan vaksin gejala yang muncul bisa lebih ringan atau bahkan tanpa gejala.
Kondisi ini disadari juga oleh salah seorang tenaga kesehatan yang mendapat prioritas pertama vaksinasi COVID-19 di Idonesia, dr Falla Adinda. Dokter yang sempat menjadi relawan di Wisma Atlet ini tetap antusias menjalani vaksinasi meski sesudahnya tetap ada peluang terinfeksi.
"Karena hidup bukan hanya tentang kita. Dengan vaksinasi, artinya saya meringankan beban teman-teman saya di rumah sakit, saya tidak perlu mengambil jatah ventilator karena vaksinasi menurunkan tingkat keparahan penyakit hingga ke level ringan, saya tidak perlu mengambil jatah tempat tidur ruang rawat bila saya terinfeksi," tulisnya dalam unggahan di Instagram.
Menyadari bahwa setelah divaksin dirinya masih bisa terinfeksi dan masih bisa menularkan virus ke orang lain, dr Falla memilih untuk tetap memakai masker dan menerapkan protokol pencegahan lainnya. Menurutnya, pencegahan penting dilakukan karena seseorang tidak pernah ada yang tahu kondisi imunitas orang lain di sekitarnya.
"Intinya, vaksinasi COVID-19 ini adalah wujud tanggung jawab kemanusiaan. Sebuah gerakan untuk bahu membahu memulihkan Indonesia. Usaha kita bersama untuk membantu tenaga kesehatan, membantu rumah sakit, juga agar tidak lagi jatuh korban dan tangis nyeri kehilangan keluarga di tengah pandemi," tandasnya.