Melanjutkan kehidupan di tengah penyebaran COVID-19 menjadi tantangan setiap individu di negeri ini, bahkan di hampir seluruh belahan dunia. Para pemimpin agama menyampaikan pesan yang sama kepada semua umatnya dalam menghadapi pandemi virus SARS-CoV-2 ini.
Dewan Rohaniwan Pengurus Pusat Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia Xs. Budi S. Tanuwibowo menyampaikan bahwa fenomena COVID-19 telah menyadarkan setiap orang bahwa banyak hal yang belum bisa diatasi manusia dengan segala pencapaiannya selama ini.
“Bangunan dan tatanan kesehatan, perekonomian, bisnis, pertahanan, sosial, politik, ilmu pengetahuan dan bahkan agama semuanya dibuat tak berdaya oleh jasad renik yang teramat kecil tak kasat mata yang dikenal sebagai Covid-19,” ujar Budi pada pesan video siang ini, Kamis (21/5).
Menyikapi kondisi ini, Budi mengajak umat Khonghucu Indonesia untuk lebih dispilin menjalankan anjuran dan ketetapan protokol kesehatan.
“Imbauan juga kami sampaikan kepada saudara-saudari sebangsa setanah air bersama-sama tanpa kecuali. Ibarat perjalanan di jalan raya, keselamatan kita tidak hanya ditentukan oleh kedisiplinan dan kehati-hatian kita sendiri orang per orang, tapi juga oleh seluruh pengguna jalan bersama-sama. Kecerobohan seseorang bisa menghancurkan semuanya,” pesan Budi.
Hal senada disampaikan oleh pemimpin gereja katolik Pastor Fredy Rante Taruk. Ia mengatakan, gereja selalu mengajarkan kepada umatnya kewajiban untuk bertindak demi kesejahteraan bersama.
“Pada masa pandemi ini, aturan pemerintah tentang pembatasan sosial berskala besar (PSBB), social distancing, work from home atau stay at home merupakan usaha untuk mencegah penyebaran COVID-19 demi kesehatan publik dan kebaikan bersama,” ucap Fredy.
Pastor Fredy berpesan bahwa pada dasarnya, protokol pencegahan penyebaran COVID-19 ini cukup efektif dengan bertumpu pada perilaku hidup bersih dan sehat. Ia mencontohkan dengan membiasakan diri mencuci tangan dengan sabun setelah dan sebelum beraktivitas, menggunakan masker apabila berada di tempat umum dan menjaga jarak fisik antar individu sejauh dua meter.
Sejak situasi darurat pandemi COVID, Gereja Katolik melalui keuskupan di 37 wilayah seluruh Indonesia mengeluarkan imbauan untuk meniadakan kegiatan di lingkungan gereja, baik liturgi maupun nonliturgi. Kepentingan terhadap perlindungan publik secara lebih luas menjadi pertimbangan penting yang paling utama.
Sementara itu, Pendeta Jacklevyn Manuputty juga mengimbau umat kristiani untuk melawan penyebaran COVID-19.
“Dalam terang pengakuan ini, kita terpanggil untuk terus membela, merawat, dan memberikan kehidupan, bukan sebaliknya mengancam kehidupan. Panggilan ini harus menjadi nyata dalam upaya kita untuk melawan Covid-19, yang salah satunya melalui kepatuhan kita terhadap anjuran pemerintah untuk berdiam di rumah,” ujar Pendeta Jacklevyn yang juga Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI).
Jacklevyn juga menyampaikan bahwa penting untuk dilakukan semua umat demi memutus mata rantai penyebaran virus korona ini. “Tahanlah hasrat anda untuk melakukan berbagai bentuk perjalanan yang dapat membesarkan potensi penularan COVID-19,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan pemuka agama Budha, Hong Tjhien, dari Yayasan Buddha Tzu Chi. Menurutnya, ajaran guru Buddha tentang mindfulness dan awareness meminta umatnya untuk tidak lengah dan tetap waspada. “Sebagai umat Buddha, kita meyakini hukum sebab akibat dan interdependensi. Keluar dari wabah ini tidak bisa lepas dari usaha kita sendiri,” ujarnya.
Adapun pemuka umat Hindu, Nyoman Suartanu, dari Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), menambahkan bahwa saat ini pemerintah telah memberikan petunjuk yang jelas bagaimana kita hidup dalam wabah korona. “Petunjuk itu tentunya telah melalui kajian yang dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai umat beragama, kita wajib mematuhi anjuran pemerintah ini dalam bingkai ketaatan kepada agama kita,” ujarnya.
Bagi umat muslim yang akan merayakan Hari Raya Idul Fitri, Menteri Agama Fachrul Razi berpesan untuk melakukan takbir, sholat idul fitri dan berlebaran di rumah. Melalui kecanggihan teknologi digital, umat Islam juga dapat bersilaturahmi melalui media sosial.
Perihal tradisi mudik, Fachrul menyampaikan agar umat Islam tidak mudik tahun ini demi mencegah penyebaran COVID-19. “Berlebaran di rumah saja bersama keluarga inti. Tidak usah kemana-mana, dan tidak usah menerima tamu.”
Menteri Agama berharap umat Islam tetap merayakan Hari Idul Fitri ini dengan kegembiraan, tapi dengan tetap menaati protokol kesehatan. “Silaturrahmi tidak harus ketemu fisik. Silaturrahmi terjadi tidak hanya karena kedekatan fisik, tapi juga karena kedekaatan batin,” tambahnya.
Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional