Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) mengatakan
hoax terkait virus Corona (COVID-19) masih terus beredar. Setidaknya, ada 80
hoax yang beredar setiap minggunya.
"Ada di Facebook, di Twitter, dan situs lainnya. Jumlahnya setiap hari berubah-ubah. Tiap minggu rata-rata 60, 80, tergantung. Tapi bangsa kita ini, masyarakat kita ini ada yang suka dengan hoax. Juga ada yang suka menyebarkan," kata Staf Ahli Menteri Bidang Hukum Kominfo, Henri Subiakto, dalam webinar 'Diseminasi Informasi di Era Pandemi COVID-19' pada Minggu (21/6/2020).
Dari jumlah tersebut, tercatat pada 2 minggu lalu ada 103 hoax yang sudah dilaporkan. Henri mengatakan angka tersebut pun terus bertambah hingga hari ini."Jumlahnya yang sudah ditangani langsung oleh polisi, 2 minggu yang lalu jumlahnya 103. Sekarang sudah sekitar 110 dilaporkan ke polisi karena melanggar perundang-undangan. Hampir merata di berbagai daerah," ujarnya.
Henri mengungkapkan hoax yang beredar beragam. Misalnya ada berita mengenai pemerintah Italia yang meminta dibacakan Al-Qur'an untuk menangkal virus Corona.
"Ada dari luar negeri Pemerintah Itali minta dibacakan Al-Qur'an dan doa-doa untuk menangkal Corona. Ada berita seperti itu, padahal itu hoax. maka kita stempel 'hoax'. Ada video yang di-share sedang mengeluarkan dahak kental dan disebut Corona, padahal itu cancer," kata Henri.
Sementara itu, Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafidz mengatakan, tercatat hingga Mei 2020, setidaknya ada 600 hoax yang ditemukan Kominfo. Pihaknya pun terus mendorong Kominfo untuk memberikan literasi digital demi memberantas hoax di Indonesia.
"Literasi digital, bagaimana masyarakat diberi tahu mana informasi yang palsu dan informasi yang benar. Nah Kominfo kita dorong untuk melakukan literasi digital dan masyarakat kita dorong untuk membaca dari media yang jelas, bukan media-media socmed saja, tapi media mainstream," kata Meutya.