KOMPAS.com – Dunia tengah menghadapi wabah virus corona SARS-CoV-2 yang telah menjangkiti lebih dari 172 negara. Virus corona yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada akhir tahun lalu ini telah ditetapkan sebagai pandemi global oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Melansir dari The Atlantic, sebuah studi mengungkapkan bahwa pada dasarnya virus corona pada individu mudah dihancurkan. Setiap partikel virus terdiri dari satu set gen kecil, dikelilingi oleh bola molekul lemak.
Sementara, cangkang lipid mudah terkoyak oleh sabun, maka pencucian tangan selama 20 detik yang menyeluruh dapat menghilangkan vriusnya. Selain itu, cangkang lipid juga rentan terhadap unsur-unsur tertentu.
Sebuah studi baru juga menunjukkan, corona virus SARS-CoV-2 bertahan tidak lebih dari satu hari di atas kertas karton dan sekitar dua hingga tiga hari pada baja dan plastik.
Selain itu, virus-virus ini juga membutuhkan inang untuk hidup. Meski begitu, masih banyak informasi yang belum jelas mengenai virus corona.
Susan Weiss dari University of Pennsylvania, telah mempelajarinya selama sekitar 40 tahun,
Ia mengatakan, sebelumnya, hanya sedikit ilmuwan yang berminat untuk mempelajari virus corona. Tetapi, setelah epidemi SARS pada 2002 lalu, jumlah ilmuwan yang tertarik mempelajari virus tersebut membengkak.
"Sampai saat itu orang memandang kami sebagai bidang terbelakang dan tidak terlalu penting bagi kesehatan manusia," kata Weiss. Tapi, munculnya SARS-CoV-2 dan penyakit Covid-19, membuat ilmuwan tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama dengan mengabaikan virus corona.
Bukan flu
Disebutkan, SARS-CoV-2, penyebab penyakit Covid-19, bukanlah flu.
Virus ini menyebabkan penyakit dengan gejala yang berbeda, menyebar, membunuh lebih mudah, dan milik keluarga virus yang sama sekali berbeda.
Keluarga SARS-CoV-2 ini merupakan jenis ketujuh bersama dengan enam jenis virus corona lainnya yang menginfeksi manusia.
Empat di antaranya yaitu OC43, HKU1, NL63, dan 229E, yang telah lebih dari seabad menyebabkan sepertiga dari pilek biasa.