JAKARTA – Di tengah pandemi virus Corona COVID-19, berbagai hal diklaim bisa jadi obat atau antivirus. Hal ini disebut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berbahaya karena berpotensi membuat lengah hingga akhirnya warga tidak menerapkan protokol kesehatan.
Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Sumber Daya Manusia Kesehatan, dr Mariya Mubarika, menjelaskan padahal saat ini hanya masker dan protokol kesehatan saja yang benar-benar bisa disebut sebagai antivirus.
"Banyak spekulasi dari awal pandemi ini yang malah mengganggu atau menghambat bahkan membingungkan arah pengendalian pandemi jadi tidak benar. Yang terpenting kita berjalan mengikuti sains yang benar," kata dr Mariya pada acara kampanye Disiplin Pakai Masker di kawasan Jababeka, Rabu (2/9/2020).
"Contohnya sekarang banyak sekali kiat anticovid dengan segala macam. Katanya pake ini-itulah. Padahal belum ada bukti ilmiah yang menjamin. Hal-hal yang terbukti menjamin untuk kita terhindar dari COVID malah tidak dijalankan," lanjutnya.
Memang beberapa waktu yang lalu sempat heboh berbagai macam klaim soal antivirus Corona. Mulai dari kalung eucalyptus hingga ramuan herbal untuk antibodi.
Badan Pengelola Obat dan Makanan (BPOM) kala itu menegaskan belum ada terapi atau obat Corona yang mendapat izin karena sekali lagi belum terbukti secara ilmiah.
"Sebenarnya sederhana sekali kalau kita lihat dari website WHO, bahwa penggunaan masker inilah anticovid yang sebenarnya. Protokol kesehatan adalah anticovid yang sudah terbukti ilmiah," pungkas dr Mariya.