Apa yang menarik dari novel ini? Sebuah permainan fakta-fiksi berhasil disajikan Wildan F. Mubarock tanpa pretensi, tanpa beban, easy going. Ngalir begitu saja seolah-olah ia sedang mendongeng tentang seseorang yang sangat dekat atau menyatu dengan dirinya sebagai orang lain. Kisahannya renyah, Kadang kala agak nakal dan menggelitik. Dan tiba-tiba saja kita (pembaca) dibuat ngeh: oh begitu! Saya suka gayanya berkisah yang lepas begitu saja.
Sejalan dengan sang kritikus, Pipit Latipah, Mahasiswa PB. Inggris Universitas Pakuan pun turut berkometar, novel ini mengangkat kisah sederhana namun menarik untuk diceritakan, kisahnya terkesan apa adanya, tidak begitu sarat akan konflik namun layak dibaca, kisah yang ringan namun banyak pelajaran yang dapat diambil pembaca. Terkadang masyarakat Indonesia memang butuh bahan bacaan seperti ini. Kisahnya ringan namun realistis. Karena saat ini banyak karya-karya pembodohan yang membubuhi banyak konflik namun menjadi terlalu rumit dan sebetulnya tidak penting. Kemudian penulis dapat menggarap novel ini dengan bahasa sastra yang sedikit nyeleneh dengan apik.
Berkat novel sarjana di tepian baskom, penulis yang juga cucu dari K.H. Bushiri mendapat undangan dari KNPI Kabupaten Sukabumi untuk hadir sebagai salah seorang penerima penghargaan sebagai pemuda berprestasi Oktober mendatang. Novel yang di produseri oleh Dra. Sri Rahayu Dwiastuti ke depan akan menjadi suplemen dalam materi perkuliahan bahasa dan sastra di beberapa universitas khususnya di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Dalam waktu dekat novel yang menghadirkan dua tokoh berbeda karakter ini akan mengunjungi beberapa sekolah dan universitas untuk menularkan virus membaca dan menulis dengan program bernama Sarjana di Tepian Baskom goes to school.
“Semoga sarjana di tepian baskom dalam satu bulan ke depan sudah dapat menjangkau seluruh pembaca dan memberikan angin segar bagi dunia pendidikan”, Tutur penulis yang sedang merampungkan novel keduanya dengan judul Sang Pembelajar.