Unpak Melatih Guru PAUD dan Guru SD Kelas Rendah di Caringin Bogor
Tujuan pelatihan adalah terciptanya pembelajaran yang efektif dan menyenangkan agar anak-anak usia dini menjadikan sekolah sebagai second home atau rumah kedua mereka. Pelatihan guru tersebut dilaksanakan pada hari Minggu, 4 Oktober 2015 di Kampung Lengkong, Pasir Buncir, Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pelatihan terselenggara atas kolaborasi antara mahasiswa FKIP PGSD Unpak, Relawan 4 Life, Yayasan RMI, Dosen Universitas Pakuan dengan dukungan dana dari terre des hommes-Germany. Acara berlangsung mulai jam 8 sampai jam 4 sore yang diisi dengan sharing dan pelatihan mengajar dengan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
Nara sumber yang mengisi pelatihan tersebut adalah para dosen dari Program Studi PGSD antara lain Dr. Rais Hidayat, M.Pd., Dr. Yuyun Elizabeth Patras, M.Pd., Yuli Mulyawati, M.Pd., Fitri Siti Sundari, M.Pd., dan Siska Amaliyah, M.PdI. Adapun nara sumber dari Yayasan RMI adalah Ir. Indra N. Hatasura. Para narasumber umumnya menekankan bahwa para guru PAUD dan guru SD kelas rendah harus memberikan pembelajaran secara efektif dan menyenangkan kepada para siswa mereka.
Aktivis RMI yang konsen pada bidang pendidikan, Ir. Indra N. Hatasura dalam kesempatan tersebut mendemontrasikan bagaimana games atau permainan dapat meningkatkan minat belajar anak usia dini dengan gembira namun tetap efektif. Ia juga menunjukkan beberapa video bagaimana guru bisa menggunakan bahan dan alat pembelajaran dari barang-barang bekas. “Intinya guru harus kreatif dan banyak belajar lagi, agar anak-anak tidak merasa bosan saat belajar,” ujar pria lulusan Institut Pertanian Bogor tersebut.
Pada kesempatan tersebut Dr. Rais Hidayat, M.Pd., menunjukkan data bahwa masih banyak anak usia dini yang tidak memiliki akses pada sekolah PAUD, yaitu hanya sepertiga dari 30 juta anak yang memiliki akses ke sekolah PAUD dengan segala kondisinya. Oleh karena itu, anak-anak yang sudah sekolah PAUD jangan sampai takut bersekolah karena cara mengajar gurunya yang tidak bisa dipertangungjawabkan antara lain anak-anak usia dini disuruh banyak duduk dan menulis. Selain itu pria kelahiran Kuningan Jawa Barat ini menekankan bahwa motivasi menjadi guru hendaknya berawal dari dalam diri guru yang berkomitmen untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. “Jika motivasi menjadi guru berawal dari dalam diri guru, maka guru akan selalu memberikan yang terbaik bagi para muridnya,” ujar Doktor Manajemen Pendidikan yang lulus cumlaude dari Universitas Negeri Jakarta ini.
Sementara itu dosen PGSD Unpak Yuli Mulyawati, M.Pd., dan Fitri Siti Sundari, M.Pd., memamparkan pentingnya guru memahami karakter anak usia dini antara lain senang bermain dan banyak bertanya. Keduanya menunjukan jika anak-anak usia dini diberikan porsi materi pembelajaran yang tidak tepat maka anak tersebut akan tertekan dan stress serta tidak akan betah di sekolah. Selain itu, keduanya menekankan bahwa guru juga harus memperhatikan berbagai kecerdasan anak antara lain kecerdasan inteleketual, sosial, naturalistik, logis-matematik, linguistik, dan lain-lain. “Banyak guru hanya memperhatikan satu kecerdasan saja, sementara setiap anak sisi kecerdasanya beda-beda,” ujar kedua dosen lulusan Universitas Pendidikan Indonesia ini.
Pada sesi terakhir, Dr. Yuyun Elizabeth Patras, M.Pd., mendemontrasikan pentingnya guru memiliki kemampuan bercerita. Menurut Doktor Manajemen Pendidikan lulusan cumlaude dari Universitas Negeri Jakarta ini bercerita dapat menjadi sarana untuk mengajarkan nilai-nilai moral yang ingin kita bangun pada anak-anak kita seperti keberanian, kejujuran, percaya diri, pembelajar dan baik hati. Walaupun model bercerita itu baik, namun harus diperhatikan karakteristik anak usia dini, yaitu berceritanya tidak boleh terlalu lama. “Bercerita untuk anak usia jangan lebih dari 7 menit karena kemampuan kosentrasi anak usia dini masih pendek, ini penting untuk diketahui para guru PAUD,” ujar perempuan kelahiran Ternate ini. (ras/yun)