Pelatihan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) berbasis Internet of Things (IoT)
"Inovasi ini menjadi tonggak awal menuju produksi batik yang ramah lingkungan berbasis kearifan lokal."
"Inovasi ini menjadi tonggak awal menuju produksi batik yang ramah lingkungan berbasis kearifan lokal."

UNPAK - Sebanyak 25 perajin batik di Kecamatan Kemang, Bogor, Jawa Barat mengikuti Pelatihan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) berbasis Internet of Things (IoT) pada akhir Juni 2025.
Melalui pelatihan ini diharapkan dapat mendorong transformasi industri batik lokal menjadi lebih ramah lingkungan dan berbasis teknologi mutakhir.
Pelatihan hasil kolaborasi Program Studi S2 Ilmu Komputer, S3 Manajemen Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan, bersama Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) serta FMIPA Universitas Pakuan Bogor tersebut dibuka oleh Lurah Atang Senjaya dan dihadiri perwakilan Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Bogor.
Ketua Tim Inventor IPAL Batik Berbasis IoT, Sutanto menyampaikan, teknologi pengolahan IPAL berbasis IoT hadir sebagai solusi untuk mengelola limbah cair batik secara efektif.
"Inovasi ini menjadi tonggak awal menuju produksi batik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, sekaligus mendukung ekonomi rakyat berbasis kearifan lokal yang diperkuat inovasi global," kata Sutanto dalam keterangannya dikutip, Kamis (3/7/2025).
Sementara itu, Ketua Program Studi S2 Ilmu Komputer Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan dan penggagas gerakan Batik Kemang Bogor, Dr. Eneng Tita Tosida, S.Tp, M.S.i, M.Kom menjelaskan, pengembangan IPAL ini tidak hanya ditujukan untuk kepentingan produksi, tetapi juga diarahkan menjadi edu-wisata batik berbasis inovasi.
"Dengan fitur pemantauan real-time melalui gawai masing-masing pengrajin, teknologi ini sekaligus mengedukasi masyarakat dan wisatawan bahwa pengolahan limbah adalah aspek wajib dalam industri kreatif yang berkelanjutan," ujarnya.
IPAL Batik berbasis IoT ini dibangun secara kolaboratif lintas disiplin ilmu, mencakup bidang; kimia lingkungan, teknologi komputer, manajemen, hingga pendidikan.
Menurut Fredi Andria, salah satu inventor, inovasi ini telah didaftarkan untuk hak paten sederhana dan kini tengah dikaji potensi hilirisasi serta komersialisasinya melalui pendekatan pentahelix stakeholders.
UNPAK - Sebanyak 25 perajin batik di Kecamatan Kemang, Bogor, Jawa Barat mengikuti Pelatihan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) berbasis Internet of Things (IoT) pada akhir Juni 2025.
Melalui pelatihan ini diharapkan dapat mendorong transformasi industri batik lokal menjadi lebih ramah lingkungan dan berbasis teknologi mutakhir.
Pelatihan hasil kolaborasi Program Studi S2 Ilmu Komputer, S3 Manajemen Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan, bersama Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) serta FMIPA Universitas Pakuan Bogor tersebut dibuka oleh Lurah Atang Senjaya dan dihadiri perwakilan Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Bogor.
Ketua Tim Inventor IPAL Batik Berbasis IoT, Sutanto menyampaikan, teknologi pengolahan IPAL berbasis IoT hadir sebagai solusi untuk mengelola limbah cair batik secara efektif.
"Inovasi ini menjadi tonggak awal menuju produksi batik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, sekaligus mendukung ekonomi rakyat berbasis kearifan lokal yang diperkuat inovasi global," kata Sutanto dalam keterangannya dikutip, Kamis (3/7/2025).
Sementara itu, Ketua Program Studi S2 Ilmu Komputer Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan dan penggagas gerakan Batik Kemang Bogor, Dr. Eneng Tita Tosida, S.Tp, M.S.i, M.Kom menjelaskan, pengembangan IPAL ini tidak hanya ditujukan untuk kepentingan produksi, tetapi juga diarahkan menjadi edu-wisata batik berbasis inovasi.
"Dengan fitur pemantauan real-time melalui gawai masing-masing pengrajin, teknologi ini sekaligus mengedukasi masyarakat dan wisatawan bahwa pengolahan limbah adalah aspek wajib dalam industri kreatif yang berkelanjutan," ujarnya.
IPAL Batik berbasis IoT ini dibangun secara kolaboratif lintas disiplin ilmu, mencakup bidang; kimia lingkungan, teknologi komputer, manajemen, hingga pendidikan.
Menurut Fredi Andria, salah satu inventor, inovasi ini telah didaftarkan untuk hak paten sederhana dan kini tengah dikaji potensi hilirisasi serta komersialisasinya melalui pendekatan pentahelix stakeholders.
UNPAK - Sebanyak 25 perajin batik di Kecamatan Kemang, Bogor, Jawa Barat mengikuti Pelatihan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) berbasis Internet of Things (IoT) pada akhir Juni 2025.
Melalui pelatihan ini diharapkan dapat mendorong transformasi industri batik lokal menjadi lebih ramah lingkungan dan berbasis teknologi mutakhir.
Pelatihan hasil kolaborasi Program Studi S2 Ilmu Komputer, S3 Manajemen Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan, bersama Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) serta FMIPA Universitas Pakuan Bogor tersebut dibuka oleh Lurah Atang Senjaya dan dihadiri perwakilan Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Bogor.
Ketua Tim Inventor IPAL Batik Berbasis IoT, Sutanto menyampaikan, teknologi pengolahan IPAL berbasis IoT hadir sebagai solusi untuk mengelola limbah cair batik secara efektif.
"Inovasi ini menjadi tonggak awal menuju produksi batik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, sekaligus mendukung ekonomi rakyat berbasis kearifan lokal yang diperkuat inovasi global," kata Sutanto dalam keterangannya dikutip, Kamis (3/7/2025).
Sementara itu, Ketua Program Studi S2 Ilmu Komputer Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan dan penggagas gerakan Batik Kemang Bogor, Dr. Eneng Tita Tosida, S.Tp, M.S.i, M.Kom menjelaskan, pengembangan IPAL ini tidak hanya ditujukan untuk kepentingan produksi, tetapi juga diarahkan menjadi edu-wisata batik berbasis inovasi.
"Dengan fitur pemantauan real-time melalui gawai masing-masing pengrajin, teknologi ini sekaligus mengedukasi masyarakat dan wisatawan bahwa pengolahan limbah adalah aspek wajib dalam industri kreatif yang berkelanjutan," ujarnya.
IPAL Batik berbasis IoT ini dibangun secara kolaboratif lintas disiplin ilmu, mencakup bidang; kimia lingkungan, teknologi komputer, manajemen, hingga pendidikan.
Menurut Fredi Andria, salah satu inventor, inovasi ini telah didaftarkan untuk hak paten sederhana dan kini tengah dikaji potensi hilirisasi serta komersialisasinya melalui pendekatan pentahelix stakeholders.