Hal tersebut disampaikan oleh Nizam, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, pada webinar “Ngopi Teko FKOR UNS Part 2” bertema “Merdeka Belajar Olahraga” yang diselenggarakan oleh Universitas Sebelas Maret (UNS), Rabu (19/8).
Nizam turut memaparkan perubahan pada masyarakat terkhusus di bidang tenaga kerja manusia yang tergantikan oleh mesin-mesin canggih sebagai suatu dampak revolusi industri. Sehingga revolusi ini membuat perubahan pada kompetensi yang dibutuhkan di masa yang akan datang.
“Kita mengenal revolusi industri sebagai suatu perubahan di masyarakat karena tenaga kerja manusia tergantikan oleh masin-mesin. Tapi bersamaan dengan hilangnya pekerjaan, banyak pekerjaan baru yang muncul. Pekerjaan yang baru membutuhkan kompetensi yang berbeda dengan sebelum revolusi industri itu terjadi. Sehingga sangat jelas ini merupakan tantangan besar bagi Perguruan Tinggi untuk membentuk kompetensi baru yang pada dasarnya kita belum tahu pasti apa yang dibutuhkan dimasa yang akan datang,” jelas Nizam.
Lebih lanjut Nizam menjelaskan bahwa jika tantangan ini tidak segera diatasi, maka akan terjadi broken link antara Perguruan Tinggi dan dunia kerja. Industri merasa bahwa kompetensi yang dihasilkan Perguruan Tinggi tidak sejalan dengan yang dibutuhkan.
“Merupakan tantangan Perguruan Tinggi untuk memberikan kompetensi yang tepat, karena jika tidak maka akan terjadinya broken link atau rantai yang putus antara perguruan tinggi dengan dunia kerja. Ini adalah PR besar bagi kita untuk membuat link and match, penghubung yang baik bagi kedua belah pihak,” tutur Nizam.
Kampus Merdeka menggunakan sistem Student Centered Learning dengan makna baru yaitu individual learning, yaitu mahasiswa memiliki garis tangan dan masa depan yang berbeda, visi yang berbeda, dan mimpi yang berbeda, sehingga tidak bisa diberikan satu kompetensi yang sama bagi seluruh mahasiswa.
“Student Centered Learning kini menemukan makna baru, yaitu Individual Learning. Setiap mahasiswa memiliki garis tangan yang berbeda, sehingga tidak bijak memberikan imu yang sama untuk mahasiswa dengan masa depan yang berbeda,” ucap Nizam.
Menuju akhir sesi webinar, Nizam menyampaikan bahwa kini peran dosen dan mahasiswa adalah bersama menjelajah ilmu pengetahuan, mempersiapkan mahasiswanya sebagai agile learner. Yang memiliki tujuan kompetensi yang tidak akan lekang dimakan oleh waktu.
“Co-Creation sebagai inovasi mahasiswa untuk mengambil ilmu dari sumber manapun. Sehingga peran dosen bersama mahasiswa bersama menjelajah ilmu pengetahuan, juga mempersiapkan mahasiswa untuk sebagai agile learner, inilah yg menjadi tujuan kompetensi yang tidak akan lekang dimakan waktu. Tentu diimbangi dengan karakter yang baik,” papar Nizam.
Hal tersebut menghasilkan sumber daya unggul yang diterjemahkan dalam insan pancasila diantaranya beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, berkebinekaan global, bergotong royong, serta kreatif. Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
“Kampus merdeka sangat terbuka. Mahasiswa diberikan wawasan dan kesempatan belajar yang luas, seperti melalui pertukaran pelajar,” tutur Nizam.
Nizam berharap bahwa dengan adanya Kampus Merdeka, semakin memotivasi mahasiswa untuk secara bersama-sama bergotong royong untuk memberikan solusi kepada masyarakat, terutama dalam bidang olahraga.
(YH/RMB/MSL/DZI/FH/DH/NH)
Humas Ditjen Dikti
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan