LPPM Unpak Kembangkan Desa Mitra Terintegrasi MBKM
UNPAK — LPPM Universitas Pakuan terus melakukan implementasi MBKM, salah satunya melalui pengembangan Desa Mitra, kegiatan Desa Mitra tersebut merupakan wujud pelaksanaan program kerja LPPM, yang dilaksanakan pada tanggal 15 – 25 November 2021.
Terdapat tiga Desa yang bersepakat untuk membentuk Desa Mitra, diantaranya: Kampung Sampora Legok, Cibinong, Kab. Bogor; Desa Tugubandung, Kabandungan; Kab. Sukabumi dan Desa Situ Tunggilis, Gunung Putri, Kab. Bogor.
Kegiatan tersebut dimulai dari Kampung Sampora Legok, Cibinong, kegiatan Desa Mitra yang mengusung konsep “Kampung Wisata” merupakan kerjasama dengan Fakultas Ekonomi & Bisnis - Universitas Pakuan, serta dilakukan Penandatangan Perjanjian Kerjasama antara Lurah Sampora Legok dan Ketua LPPM Universitas Pakuan, Selasa, (16/11/2021).
Kegiatan tersebut dibuka oleh MC dan diberikan sambutan oleh Lurah Cibinong, H.Sugiyanto, S.Sos serta dilanjutkan sambutan sekaligus membuka acara kegiatan oleh Ketua LPPM-Unpak, Dr. Ani Iryani, M.Si. Dalam sambutannya Ketua LPPM Unpak menyampaikan bahwa pengembangan desa mitra memiliki filosofi yang kuat untuk mengangkat potensi desa melalui produk atau pun jasa hasil karya warga, menjadi produk atau jasa yang unggul dan dapat bersaing secara lokal, nasional maupun global.
Dalam hal ini LPPM Unpak diharapkan mampu menginisiasi, menciptakan, mendampingi dan melakukan diseminasi pengembangan desa mitra yang berkelanjutan untuk mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia, melalui SDGs Desa dan diharapkan juga akan mendorong pencapaian outcome yang komprehensif dan terintegrasi dengan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), ujarnya.
Kegiatan tersebut menghadirkan para pembicara ahli dibidangnya yaitu, Fredi Andria, STP., MM selaku dosen FEB Universitas Pakuan dan Muhammad Afidudin selaku CEO Taman Sempora Legok. Pada Kesempatannya Fredi Andria, STP., MM mengatakan bahwa kegiatan membangun Desa yang menjadi salah satu bentuk MBKM suatu bentuk pendidikan dengan cara memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup di tengah masyarakat di luar kampus dan secara langsung bersama-sama masyarakat mengidentifikasi potensi serta menangani masalah sehingga diharapkan mampu mengembangkan potensi desa/daerah dan meramu solusi untuk masalah yang ada di Desa, ujarnya.
Taman Wisata Sampora Legok Kel. Cibinong Kec. Cibinong Kab Bogor, yang digagas oleh mahasiswa FEB sekaligus sebagai Ketua Karang Taruna dan dibina oleh bapak Fredi Andria berhasil mengembangkan kampung wisata berbasis partisipasi masyarakat.
Berawal dari tahun 2019, beberapa Dosen dan mahasiwa FEB sudah melakukan berbagai kegiatan/program penelitian dan PkM sebagai wujud pengamalan tri dharma perguruan tinggi. Mulai dari inisiasi proposal PKM (Program Kreatifitas Mahasiswa) thn 2019, PkM Hibah Internal Unpak thn 2020 tentang: Pembekalan Pemuda Siap Kerja ; dan Pemberdayaan Perempuan dalam pengelolaan sampah rumah tangga, PkM Hibah Internal Unpak thn 2021 tentang: Peluang pengembangan jahe merah olahan, serta Penelitian Terapan tentang : Local Wisdom Development, potensi ekowisata dan eduwisata Kampung Sampora. Serta inisiasi proposal Tim Wira Desa 11 orang mahasiswa FEB dalam program Kemenristek-BRIN thn 2021.
Kampung Wisata Sampora Legok ini setiap bulan rata2 dikunjungi oleh 500-600 pengunjung, menyediakan saung dengan suasana sawah dan kebun, yang disulap dari lahan non produktif milik warga serta bekas tempat pembuangan sampah, dan menyediakan masakan tradisional yang diolah mandiri oleh ibu2 sekitar, dilengkapi spot yg instagramble, serta saat ini memiliki mini zoo dengan populasi 2 ekor kuda, 10 ekor kelinci, 1 ekor monyet, 5 ekor angsa (soang) dan kolam ikan yang berisi +/- 300 ekorikan berbagai jenis, yang akan terus dikembangkan menjadi taman satwa mini untuk program edu wisata.
Sejak 2019 sampai sekarang kampung wisata Sampora Legok masih mampu bertahan namun ada kendala ketika musim hujan, karena arena berada pada cekungan, sehingga taman menjadi kurang kondusif, terendam air dan belum dilengkapi fasilitas toilet, disamping masalah utamanya antara lain: keterbatasan dana/modal investasi untuk pengembangan dan maintenance yang selama ini bersumber dari dana swadaya masyarakat, keterbatasan komptensi para SDM pengelola, serta media promosi yang masih konvensional dan memanfaatkan akun media sosial pengunjung dan beberapa warga yang datang (Taman Sampora hingga saat ini belum memikin akun media sosial resmi yang dikelola secara mandiri).
Muhammad Afidudin mengatakan bahwa pengelolaan masih mandiri belum mendapatkan bantuan dari pemerintah, dan fasilitas yang disediakan murni partisipasi warga, pungkasnya.(Mei)