Kejuaraan Mahasiswa Nasional Tandoku Virtual Shorinji Kempo
Bela diri kempo Universitas Pakuan meraih prestasi di kejuaran Mahasiswa Nasional Tandoku
UNPAK – Dimasa Pademi UKM Kempo Dojo Universitas Pakuan masih bisa berprestasi dengan meraih medali 1 Emas dan 1 Perak di kejuaraan bela diri Mahasiswa Nasional Tandoku Virtual 2020.
Universitas Negeri Jakarta (UNJ) selaku tuan rumah kejuaraan Mahasiswa Tadoku Virtual Bela diri Shorinji Kempo yang dilaksanakan pada tanggal 14-15 Nopember 2020.
Adapun tema dari kejuaraan kempo Mahasiswa Nasional ini adalah Menumbuhkan Jiwa Kepahlawanan dengan Meraih Prestasi Ditengah Pandemic.
Kejuaraan Mahasiswa Nasional Tandoku Virtual Beladiri Shorinji Kempo dilaksanakan secara daring (online) melalui aplikasi Zoom Meeting (virtual) dengan peserta utusan Dojo Universitas di PERKEMI dari seluruh provinsi di Indonesia.
Shorinji Kempo dalah salah satu dari seni bela diri yang berasal dari Jepang yang didirikan pada tahun 1947 oleh Doshin So. Di Indonesia biasa disebut dengan Kempo saja.
Shorinji Kempo adalah cara mengembangkan individu. Bela diri ini memiliki kombinasi unik bagaimana penguasaan teknik dan cara memelihara tubuh dan pikiran.
Metode latihannya berdasarkan pada filosofi "jiwa dan tubuh adalah sebuah kesatuan yang tak terpisahkan" dan "melatih tubuh dan jiwa".
Dengan cara tersebut Shorinji Kempo mempunyai tiga manfaat yaitu: pelatihan dan pertahanan diri, pelatihan mental dan meningkatkan kesehatan.
Menurut tradisi, yang membawa teknik-teknik bertarung (kempo India, tenjiku nara no kaku, atau ekkin gyo) adalah Bodhidharma (leluhur Zen) ke Tiongkok 1500 tahun yang lalu setelah ia meninggalkan India untuk menyalurkan pengajaran sejarah Buddha yang benar dan mengakhiri perjalanannya di Kuil Shaolin Songshan yang kini dikenal sebagai Propinsi Hainan.
Kemudian, teknik-teknik ini melahirkan beragam seni bela diri yang tersebar ke seluruh daratan Tiongkok.
Pada tahun 1928, Kaiso melakukan perjalanan ke Tiongkok dengan tujuan yang kuat, dan ia mempelajari teknik-teknik esoterik dari berbagai guru yang ia temui sehubungan dengan ”pekerjaannya yang tidak biasa”.