Dialog Kebangsaan Unpak, Dedi Mulyadi Ajak Mahasiswa Kembali ke Nilai Alam
"Kepemimpinan value-based leadership membangun kemajuan ekonomi yang berkelanjutan."
"Kepemimpinan value-based leadership membangun kemajuan ekonomi yang berkelanjutan."

UNPAK — Universitas Pakuan (UNPAK) kembali menjadi pusat perhatian dengan digelarnya acara Dialog Kebangsaan bertajuk “Catalyst 2025” yang berlangsung di Gedung Graha Pakuan Siliwangi (GPS) Lantai 1, Unpak, Selasa, 24 Juni 2025.
Acara yang diinisiasi oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unpak ini menghadirkan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, sebagai narasumber utama.
Mengangkat tema “Value-Based Leadership: The Foundation of Economic Progress and National Future”, ratusan peserta dari kalangan mahasiswa, dosen, hingga masyarakat umum memenuhi ruangan dengan antusias.
Dalam pidatonya yang penuh filosofi dan refleksi kebangsaan, Gubernur Dedi Mulyadi menegaskan bahwa harmoni adalah esensi dari kepemimpinan sejati, yakni kemampuan untuk mengorkestrasi seluruh sumber daya alam dan manusia menjadi satu kesatuan irama menuju kebahagiaan.
“Populis belum tentu harmonis. Pemimpin yang hanya mencari popularitas tidak akan melotot saat ada rumah dibangun di bantaran sungai, atau saat pohon-pohon dipaku untuk keperluan pribadi. Kita butuh pemimpin yang tegas, yang mampu membentuk harmoni antara manusia dan lingkungannya,” tegas Dedi.
Ia menyampaikan keinginannya menjadikan Kota Bogor sebagai pusat peradaban Sunda, tempat bersemainya harmoni, kemajuan, dan kebudayaan. Menurutnya, masa depan hanya bisa dicapai dengan fondasi masa lalu yang kuat, sebagaimana bangsa besar di dunia menjadikan sejarah dan spiritualitas mereka sebagai landasan pembangunan.
Dedi mencontohkan bagaimana bangsa lain membangun ideologi kenegaraan yang konsisten berdasarkan warisan sejarah dan keyakinan. Ia menyitir semangat bangsa Persia yang menjadikan penderitaan masa lalu sebagai energi politik dan kebangkitan nasional.
“Kalau ingin membangun peradaban, ukirlah di atas batu, bukan di atas air. Ukiran di atas batu memerlukan ketekunan, energi besar, dan tahan terhadap cibiran. Tapi justru di sanalah nilai dari sebuah kepemimpinan yang berpijak pada sejarah dan nilai-nilai,” jelasnya.
Dedi juga menguraikan filsafat Sunda “Papat Kalima Pancer”, tanah, air, udara, dan matahari, sebagai elemen kehidupan yang menyatu dalam diri manusia. Menurutnya, manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup individualis, karena hakikatnya ia bersenyawa dengan alam.
“Sistem hidup Sunda adalah kabuyutan: komunitas yang hidup bersama, mengelola alam bersama, dan dipimpin oleh puun, pemimpin spiritual yang lahir dari karakter, bukan ambisi,” kata Dedi.
Ia menggambarkan sistem leuit (lumbung padi) sebagai bentuk ekonomi sosial berbasis kekeluargaan yang serupa dengan konsep sosialisme khas Sunda, mirip dengan sistem komunal di Vietnam dan Tiongkok.
Turut hadir dan memberikan sambutan, Rektor Unpak Prof. Dr. Ir.H. Didik Notosudjono.,M.Sc.. Dalam kesempatan itu, rektor menyebut bahwa tema yang diangkat dalam dialog ini sangat relevan terhadap kondisi bangsa saat ini.
“Tema yang kita angkat pada hari ini sangat relevan dan strategis bagi masa depan bangsa kita. Kepemimpinan yang berlandaskan nilai-nilai atau value-based leadership bukan hanya sekadar konsep idealis, melainkan fondasi utama dalam membangun kemajuan ekonomi yang berkelanjutan dan masa depan yang cerah,” ujar Rektor.
Beliau menambahkan bahwa kepemimpinan berorientasi pada nilai-nilai integritas, kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab sosial akan mampu menghadirkan perubahan positif di berbagai sektor kehidupan.
“Di tengah dinamika global yang semakin kompleks, bangsa kita membutuhkan pemimpin yang tidak hanya cerdas dan kompeten, tetapi juga berkarakter kuat dan beretika tinggi seperti yang sudah ada di tengah-tengah kita saat ini,” lanjutnya.
Sebagai institusi pendidikan tinggi, Unpak terus berkomitmen mencetak generasi pemimpin yang unggul, mandiri, dan berkarakter sesuai visinya. Rektor berharap kegiatan seperti Catalyst 2025 dapat memberikan wawasan dan motivasi bagi mahasiswa untuk menjadi agen perubahan.
“Saya berharap melalui CATALYST 2025 ini, para hadirin terutama para mahasiswa dapat memperoleh wawasan, inspirasi, dan motivasi dari para narasumber yang sangat hebat dan memiliki karakter yang kuat untuk menjadi agen perubahan yang membawa manfaat besar bagi kemajuan ekonomi dan masa depan bangsa Indonesia,” pungkasnya.
*Tonton video dokumentasi di sini
UNPAK — Universitas Pakuan (UNPAK) kembali menjadi pusat perhatian dengan digelarnya acara Dialog Kebangsaan bertajuk “Catalyst 2025” yang berlangsung di Gedung Graha Pakuan Siliwangi (GPS) Lantai 1, Unpak, Selasa, 24 Juni 2025.
Acara yang diinisiasi oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unpak ini menghadirkan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, sebagai narasumber utama.
Mengangkat tema “Value-Based Leadership: The Foundation of Economic Progress and National Future”, ratusan peserta dari kalangan mahasiswa, dosen, hingga masyarakat umum memenuhi ruangan dengan antusias.
Dalam pidatonya yang penuh filosofi dan refleksi kebangsaan, Gubernur Dedi Mulyadi menegaskan bahwa harmoni adalah esensi dari kepemimpinan sejati, yakni kemampuan untuk mengorkestrasi seluruh sumber daya alam dan manusia menjadi satu kesatuan irama menuju kebahagiaan.
“Populis belum tentu harmonis. Pemimpin yang hanya mencari popularitas tidak akan melotot saat ada rumah dibangun di bantaran sungai, atau saat pohon-pohon dipaku untuk keperluan pribadi. Kita butuh pemimpin yang tegas, yang mampu membentuk harmoni antara manusia dan lingkungannya,” tegas Dedi.
Ia menyampaikan keinginannya menjadikan Kota Bogor sebagai pusat peradaban Sunda, tempat bersemainya harmoni, kemajuan, dan kebudayaan. Menurutnya, masa depan hanya bisa dicapai dengan fondasi masa lalu yang kuat, sebagaimana bangsa besar di dunia menjadikan sejarah dan spiritualitas mereka sebagai landasan pembangunan.
Dedi mencontohkan bagaimana bangsa lain membangun ideologi kenegaraan yang konsisten berdasarkan warisan sejarah dan keyakinan. Ia menyitir semangat bangsa Persia yang menjadikan penderitaan masa lalu sebagai energi politik dan kebangkitan nasional.
“Kalau ingin membangun peradaban, ukirlah di atas batu, bukan di atas air. Ukiran di atas batu memerlukan ketekunan, energi besar, dan tahan terhadap cibiran. Tapi justru di sanalah nilai dari sebuah kepemimpinan yang berpijak pada sejarah dan nilai-nilai,” jelasnya.
Dedi juga menguraikan filsafat Sunda “Papat Kalima Pancer”, tanah, air, udara, dan matahari, sebagai elemen kehidupan yang menyatu dalam diri manusia. Menurutnya, manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup individualis, karena hakikatnya ia bersenyawa dengan alam.
“Sistem hidup Sunda adalah kabuyutan: komunitas yang hidup bersama, mengelola alam bersama, dan dipimpin oleh puun, pemimpin spiritual yang lahir dari karakter, bukan ambisi,” kata Dedi.
Ia menggambarkan sistem leuit (lumbung padi) sebagai bentuk ekonomi sosial berbasis kekeluargaan yang serupa dengan konsep sosialisme khas Sunda, mirip dengan sistem komunal di Vietnam dan Tiongkok.
Turut hadir dan memberikan sambutan, Rektor Unpak Prof. Dr. Ir.H. Didik Notosudjono.,M.Sc.. Dalam kesempatan itu, rektor menyebut bahwa tema yang diangkat dalam dialog ini sangat relevan terhadap kondisi bangsa saat ini.
“Tema yang kita angkat pada hari ini sangat relevan dan strategis bagi masa depan bangsa kita. Kepemimpinan yang berlandaskan nilai-nilai atau value-based leadership bukan hanya sekadar konsep idealis, melainkan fondasi utama dalam membangun kemajuan ekonomi yang berkelanjutan dan masa depan yang cerah,” ujar Rektor.
Beliau menambahkan bahwa kepemimpinan berorientasi pada nilai-nilai integritas, kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab sosial akan mampu menghadirkan perubahan positif di berbagai sektor kehidupan.
“Di tengah dinamika global yang semakin kompleks, bangsa kita membutuhkan pemimpin yang tidak hanya cerdas dan kompeten, tetapi juga berkarakter kuat dan beretika tinggi seperti yang sudah ada di tengah-tengah kita saat ini,” lanjutnya.
Sebagai institusi pendidikan tinggi, Unpak terus berkomitmen mencetak generasi pemimpin yang unggul, mandiri, dan berkarakter sesuai visinya. Rektor berharap kegiatan seperti Catalyst 2025 dapat memberikan wawasan dan motivasi bagi mahasiswa untuk menjadi agen perubahan.
“Saya berharap melalui CATALYST 2025 ini, para hadirin terutama para mahasiswa dapat memperoleh wawasan, inspirasi, dan motivasi dari para narasumber yang sangat hebat dan memiliki karakter yang kuat untuk menjadi agen perubahan yang membawa manfaat besar bagi kemajuan ekonomi dan masa depan bangsa Indonesia,” pungkasnya.
*Tonton video dokumentasi di sini
UNPAK — Universitas Pakuan (UNPAK) kembali menjadi pusat perhatian dengan digelarnya acara Dialog Kebangsaan bertajuk “Catalyst 2025” yang berlangsung di Gedung Graha Pakuan Siliwangi (GPS) Lantai 1, Unpak, Selasa, 24 Juni 2025.
Acara yang diinisiasi oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unpak ini menghadirkan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, sebagai narasumber utama.
Mengangkat tema “Value-Based Leadership: The Foundation of Economic Progress and National Future”, ratusan peserta dari kalangan mahasiswa, dosen, hingga masyarakat umum memenuhi ruangan dengan antusias.
Dalam pidatonya yang penuh filosofi dan refleksi kebangsaan, Gubernur Dedi Mulyadi menegaskan bahwa harmoni adalah esensi dari kepemimpinan sejati, yakni kemampuan untuk mengorkestrasi seluruh sumber daya alam dan manusia menjadi satu kesatuan irama menuju kebahagiaan.
“Populis belum tentu harmonis. Pemimpin yang hanya mencari popularitas tidak akan melotot saat ada rumah dibangun di bantaran sungai, atau saat pohon-pohon dipaku untuk keperluan pribadi. Kita butuh pemimpin yang tegas, yang mampu membentuk harmoni antara manusia dan lingkungannya,” tegas Dedi.
Ia menyampaikan keinginannya menjadikan Kota Bogor sebagai pusat peradaban Sunda, tempat bersemainya harmoni, kemajuan, dan kebudayaan. Menurutnya, masa depan hanya bisa dicapai dengan fondasi masa lalu yang kuat, sebagaimana bangsa besar di dunia menjadikan sejarah dan spiritualitas mereka sebagai landasan pembangunan.
Dedi mencontohkan bagaimana bangsa lain membangun ideologi kenegaraan yang konsisten berdasarkan warisan sejarah dan keyakinan. Ia menyitir semangat bangsa Persia yang menjadikan penderitaan masa lalu sebagai energi politik dan kebangkitan nasional.
“Kalau ingin membangun peradaban, ukirlah di atas batu, bukan di atas air. Ukiran di atas batu memerlukan ketekunan, energi besar, dan tahan terhadap cibiran. Tapi justru di sanalah nilai dari sebuah kepemimpinan yang berpijak pada sejarah dan nilai-nilai,” jelasnya.
Dedi juga menguraikan filsafat Sunda “Papat Kalima Pancer”, tanah, air, udara, dan matahari, sebagai elemen kehidupan yang menyatu dalam diri manusia. Menurutnya, manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup individualis, karena hakikatnya ia bersenyawa dengan alam.
“Sistem hidup Sunda adalah kabuyutan: komunitas yang hidup bersama, mengelola alam bersama, dan dipimpin oleh puun, pemimpin spiritual yang lahir dari karakter, bukan ambisi,” kata Dedi.
Ia menggambarkan sistem leuit (lumbung padi) sebagai bentuk ekonomi sosial berbasis kekeluargaan yang serupa dengan konsep sosialisme khas Sunda, mirip dengan sistem komunal di Vietnam dan Tiongkok.
Turut hadir dan memberikan sambutan, Rektor Unpak Prof. Dr. Ir.H. Didik Notosudjono.,M.Sc.. Dalam kesempatan itu, rektor menyebut bahwa tema yang diangkat dalam dialog ini sangat relevan terhadap kondisi bangsa saat ini.
“Tema yang kita angkat pada hari ini sangat relevan dan strategis bagi masa depan bangsa kita. Kepemimpinan yang berlandaskan nilai-nilai atau value-based leadership bukan hanya sekadar konsep idealis, melainkan fondasi utama dalam membangun kemajuan ekonomi yang berkelanjutan dan masa depan yang cerah,” ujar Rektor.
Beliau menambahkan bahwa kepemimpinan berorientasi pada nilai-nilai integritas, kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab sosial akan mampu menghadirkan perubahan positif di berbagai sektor kehidupan.
“Di tengah dinamika global yang semakin kompleks, bangsa kita membutuhkan pemimpin yang tidak hanya cerdas dan kompeten, tetapi juga berkarakter kuat dan beretika tinggi seperti yang sudah ada di tengah-tengah kita saat ini,” lanjutnya.
Sebagai institusi pendidikan tinggi, Unpak terus berkomitmen mencetak generasi pemimpin yang unggul, mandiri, dan berkarakter sesuai visinya. Rektor berharap kegiatan seperti Catalyst 2025 dapat memberikan wawasan dan motivasi bagi mahasiswa untuk menjadi agen perubahan.
“Saya berharap melalui CATALYST 2025 ini, para hadirin terutama para mahasiswa dapat memperoleh wawasan, inspirasi, dan motivasi dari para narasumber yang sangat hebat dan memiliki karakter yang kuat untuk menjadi agen perubahan yang membawa manfaat besar bagi kemajuan ekonomi dan masa depan bangsa Indonesia,” pungkasnya.
*Tonton video dokumentasi di sini