Universitas Pakuan - Targetkan 2.000 Lubang Biopori
Kemarin, para mahasiswa dari program studi Teknik Geologi Fakultas Teknik melakukan goyang bor biopori. Kegiatan dimulai pukul 08:30 di lingkungan kampus utama Unpak. Tak hanya di ikuti mahasiswa Geologi, tapi juga diikuti dari kalangan dosen termasuk rektor Universitas Pakuan, Dr.H.Bibin Rubini, M.Pd Beliau mengatakan "Masyarakat harus berpartisipasi demi menyelamatkan bumi kita dari bencana seperti banjir, maupun kekeringan".
Unpak Menargetkan, dalam waktu dekat akan membuat 2.000 lubang biopori. Sedangkan kemarin, mahasiswa Teknik Geologi mampu membuat lubang biopori 500 lubang. Kegiatan kali ini dihadiri penanggung jawab Gerakan Lima Juta Lubang Biopori sekaligus CEO Radar Bogor Group, Hazairin Sitepu, dan pelaksana Ridwan Saputra, Rizal Barnadi, Bambang Sudarso, Arya, Budi Arief
Sumber : Radar Bogor
Kamir R. Brata Penemu “Lubang Resapan Biopori “
Berbeda dengan pemikiran umum yang berkembang saat ini dimana teknologi diidentikkan dengan sesuatu yang canggih, rumit, serta memerlukan biaya yang besar untuk diterapkan.
Kamir Raziudin Brata justru dengan brilian mengembangkan suatu teknologi yang terlihat sederhana, murah, dan mudah dilakukan oleh setiap orang, serta multi guna. Salah satu manfaat teknologi ini yaitu mengatasi banjir. Teknologi ini dikenal sebagai teknologi Lubang Resapan Biopori (LRB).
Lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 cm dan kedalaman 100 cm atau kurang jika air tanah dangkal. Selanjutnya agar organisme tanah bisa bekerja membentuk biopori, lubang yang sudah dibuat tersebut diisi dengan sampah organik sebagai makanan organisme tanah. Pengisian sampah tersebut diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu padat agar tersedia cukup oksigen untuk mendukung organisme tanah pembentuk biopori. Ukuran diameter 10 cm merupakan ukuran yang sudah dipikirkan secara cermat oleh Kamir R. Brata. Jika kurang dari 10 cm maka akan sulit untuk memasukkan sampah ke dalam lubang tersebut. Ukuran 10 cm juga membuat tikus enggan masuk karena meskipun bisa masuk namun tidak bisa berbelok. Kedalaman 100 cm juga diperhitungkan agar tersedia cukup oksigen agar sampah yang dimasukkan segera diolah oleh organisme tanah sebelum mengalami pembusukan yang menghasilkan gas metan. Kedalaman yang kurang dari kedalaman air muka tanah tersebut juga dimaksudkan agar air yang masuk mengalami proses bioremediasi sebelum masuk ke dalam air tanah.
Bacaan menarik ini, selengkapnya bisa unduh file di bawah ini :